Koleksi : Ajin Dayu Putu Remrem. Bahasa : Jawa Kuna Tengahan. Sasih 8, rah 6, Teng,, ping,9, Isaka jagat , tahun Masehi Betul, sangat berbeda dengan beberapa Sumner Yang saya baca.
Ngiring sareng-sareng Ngelantur. Di petik dari : Babad Dalem Majapahit. Puput sinurat ring rahina Sa. Mereka bertiga awalnya melakukan aliansi dengan Wu Sangui, tetapi Wei Xiaobao berhasil mengubah pemikiran mereka untuk tidak membantu Wu Sangui. Gui Xinshu adalah murid dari partai Huashan. Dia adalah salah satu tokoh terkuat dalam cerita "Pangeran Menjangan".
Dari 4 orang itu, Wu Sangui yang paling mengerikan , sedangkan Shan dan Geng memiliki masalah internal yang melemahkan ambisi mereka. Kedua orang ini awalnya bergabung dalam aliansi Wu Sangui, mereka adalah tokoh sejarah nyata, dalam sejarah nyata, pemberontakan oleh 3 orang ini disebut " the Revolt of the 3 feudatories ".
Ao Bai Ao Bai dan pasukan bentukan pribadinya seperti fraksi Falcon dan Tiger sebenarnya tidak benar-benar ingin menjadi kaisar dan menggulingkan kaisar Kangxi, tetapi Ao Bai ingin paling dominan dalam kekuatan pemerintahan dan menguasainya dengan pengaruh, salah satunya adalah dengan menyingkirkan lawan politiknya yang paling besar termasuk Suksaha salah satu Regent yang ditunjuk oleh kaisar terdahulu.
Dia juga berani bersikap lantang, kasar dan tidak sopan terhadap kaisar Kangxi. Next Post Previous Post. No Comment. Kemarin aku mencambukmu justru untuk menolong selembar nyawamu! Terang-terang kau menyiksaku sampai sedemikian rupa, kau masih mengatakan telah menolong nyawaku! Kau benar-benar sudah bosan hidup rupanya! Apa masih belum cukup banyak keonaran yang kau timbulkan?
Tapi dasar anak bandel dia masih mendumel juga. Benar-benar bisa membuat orang tertawa hingga giginya copot. Hilang nyawa masih lumayan, tetapi yang membuat kita tidak tahan justru caci maki mereka.
Tapi aku tidak perduli! Tetapi dia tidak berani mengejek keluarga Bhok lagi, "Tadi kau mencambukku, katamu demi menolong selembar nyawaku, apa artinya? Dia itu dari keluarga Pui, salah satu dari empat keluarga yang menjadi Ke Ciang bagi keluarga Bhok, Kalau aku tidak menghajar kau agar kemarahannya reda, sekali cekal saja kau bisa di-pencet mati seperti semut.
Dengan demikian, mana bisa kita disebut sebagai sahabat sejati yang senang dan susah kita cicipi bersama? Mau Sip-pat seperti disudutkan oleh kata-kata-nya, dia menarik nafas panjang. Mau Sip-pat menggelengkan kepalanya. Tapi yang jelas aku tidak dapat melawannya!
Bunuh saja pemuda berkuda dan perempuan dalam kereta itu, siapa yang bakal tahu? Dengan demikian, semuanya beres, bukan? Hal ini membuktikan keraguannya, Mungkin hatinya agak gentar juga, cuma saja dia malu mengakuinya, Dari penasaran dia jadi marah, dan lantas menghardik dengan suara keras: "Sejak semula aku sudah mengatakan agar kau jangan mengikuti aku, tapi kau memaksa!
Baru satu hari saja kau sudah menimbulkan keonaran, Siapa yang suruh kau menyembur mata orang dengan semen? Dalam dunia kangouw, itu merupakan perbuatan manusia rendah, tahu?
Lebih rendah dari orang yang menggunakan obat bius. Aku lebih suka mati di tangan Su Siong dari pada ditolong dengan cara demikian!
Dasar bocah setan, melihat lagakmu, semakin lama aku semakin kesal saja! Dia sungguh-sungguh tidak tahu kalau apa yang dilakukannya adalah perbuatan rendah. Tetapi pada dasarnya, adat Siau Po memang keras, Meskipun salah tetap dia tidak sudi mengalah "Apa bedanya membunuh orang dengan menyemburkan semen atau membacok dengan golok?
Kalau kau memang tidak suka aku ikut denganmu, katakan saja terus terang. Mulai sekarang kita ambil jalan sendiri-sendirj. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal, beres! Lagipula sekarang mereka sudah jauh dari kota Yang-ciu, mana tega dia meninggalkan bocah cilik itu di tempat seperti ini. Lagipula, biar bagaimanapun sudah dua kali Siau Po menyelamatkan nyawanya, dia tidak bisa menjadi manusia rendah yang tidak ingat budi. Demikianlah, katanya kemudian "Aku akan mengajak kau ke kota raja tapi kau harus menerima tiga buah syaratku!
Aku tidak perduli! Seorang laki-laki sejati, begitu kata-kata sudah meluncur keluar dari mulutnya, entah kuda apa pun sukar mengejarnya! Untuk sesaat dia lupa katakata "enam ekor kuda", sehingga dia mengatakan entah kuda apa pun, tapi Sip-pat tidak memperdulikan kesaIahannya.
Dia hanya berkata: "Pertama, aku larang kau menimbulkan keonaran, jangan sembarangan mengoceh atau memaki orang, Mulutmu harus dijaga!
Di Li Cun Wan, kau boleh berbuat apa saja yang kau anggap baik. Tetapi bila kau ingin ikut aku mengembara, kau harus menggunakan cara yang lain.
Tapi bagaimana dengan aku? Aku toh masih kecil Tidak mengerti ilmu silat pula, Kalau begini dilarang, begitu salah, sama saja artinya kau mau aku terima gebukan dengan berdiam diri?
Mumpung kau masih kecil, justru sekarang merupakan kesempatan yang baik bagimu untuk belajar. Kau berlutut di hadapanku dan menyembah aku sebagai gurumu, Selama ini aku hidup tidak menentu, ada baiknya juga bila aku mengangkat seorang murid, Kau beruntung bisa menjadi muridku, asal kau berlatih dengan giat serta tekun kelak di kemudian hari kau bisa memiliki kepandaian yang lumayan tinggi.
Kita kan bersahabat, berarti kedudukan kita sama, Kalau sekarang aku menyembahmu sebagai guru, itu kan berarti derajatku lebih rendah satu tingkat darimu? Dasar setan tua, niat mu tidak baik, licik, egois! Selalu saja timbul perasaan bahwa niat mereka itu tidak tulus atau ada beberapa orang di antaranya yang mempunyai bentuk tubuh kurang bagus dan kurang sesuai untuk belajar ilmu golok Ngo-Houw Koan Bun Lima harimau menutup pintu , LagipuIa sebelumnya dia sibuk, tidak ada kesempatan atau waktu luang untuk mendidik seorang murid, sekarang dia tertarik kepada Siau Po dan berniat mengangkatnya sebagai murid, eh Saking kesalnya hampir saja tangannya melayang untuk menampar pipi anak itu, tetapi untung saja dia melihat bekas luka cambukannya sehingga dia membatalkan niatnya.
Tetapi kelak, meskipun kau berlutut di hadapanku dan memohon-mohon, pasti aku akan menolaknya! Kalau aku menjadi muridmu, berarti dalam hal apa pun aku harus menuruti kata-katamu, mana enak? Aku-tidak mau belajar ilmu silat! Lagipula, apa hebatnya belajar ilmu silat darimu? Buktinya kau bisa dililit oleh Su Siong begitu saja, dan ketika melihat dua bocah dari keluarga Bhok, kau langsung ketakutan Aku tidak mengerti ilmu silat, tapi aku tidak ketakutan seperti kau.
Hal ini membuktikan bahwa bisa ilmu silat saja belum tentu hebat! Tanpa dapat mengendalikan emosinya lagi, dia melayangkan tangannya menampar pipi Siau Po keras-keras. Tetapi bocah itu bukannya menangis kesakitan malah tertawa terbahakbahak. Benar-benar anak yang kuat, juga bandelnya tidak ketulungan! Aku sudah membuka rahasia hatimu sehingga kau menjadi marah dan melampiaskan kekesalan pada diriku, Coba kalau kau benar-benar tidak takut, tentu kau tidak akan begini marah hanya karena ucapanku tadi!
Dia benar-benar kehabisan akal menghadapi bocah yang satu ini. Ditegur salah, dihajar kasihan, ingin meninggalkannya begitu saja, dia tidak sampai hati padahal adatnya juga keras sekali, tetapi kali ini dia terpaksa mengekang diri. Siau Po yang melihat keadaannya juga turut berdiam diri, pikirannya melayanglayang, dia ingat ibunya di rumah pelesiran, Sejak mengenal Mau Sip-pat, dia bertekad untuk menjadi orang gagah. Ternyata tidak mudah.
Dia juga tahu hilang sudah kesempatan baginya unjuk belajar silat, tapi dia tidak menyesal. Dia meraba-raba mukanya yang bengap parah di sudut bibirnya sudah kering. Tiba-tiba sebuah ingatan melintas di benaknya, pikirnya dalam hati. Pasti aku bisa memperhatikan gerak-gerikmu ketika kau berkelahi, apa aku tidak bisa menirunya sedikit demi sedikit? Bahkan aku bisa melihat gerakan musuh. Dengan demikian aku bukan hanya belajar ilmu silatmu saja, ilmu silat orang lain juga bisa kucuri belajar.
Dengan memiliki kepandaian beberapa orang sekaligus, bukankah lama kelamaan aku bisa mempunyai kepandaian yang lebih tinggi dari padamu? Sementara itu, Mau Sip-pat merasa perutnya lapar sekali. Siau Po tidak membantah.
Mereka mencari tempat untuk beristirahat. Keduanya mengisi perut, membersihkan tubuh, mengganti pakaian juga mengoles obat. Kemudian, untuk melanjutkan perjalanan, Sip-pat menyewa kereta. Kakinya terluka, gerakannya tidak leluasa, Kedua ekor kuda rampasannya ditinggalkan begitu saja. Dengan menumpang kereta, dirinya juga tidak mudah terlihat orang.
Bukankah dia seorang pelarian dari kota Yang-ciu? Tujuan mereka tetap utara, Pada suatu siang, mereka sampai di propinsi Soa Tang, Ketika mereka menempuh perjalanan, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda, Siau Po melongokkan kepalanya, Dia melihat tiga kereta mendatangi dengan perlahan.
Pada bagian depan kereta terdapat sehelai bendera kecil atau panji yang warna dasarnya putih dan tepiannya bersulamkan benang biru. Di tengah-tengahnya tertera huruf "Sou" Persis sama dengan bendera kecil yang mereka lihat tempo hari.
Tanpa berpikir panjang lagi, Siau Po segera membangunkan Mau Sip-pat yang sedang tidur. Ketika melihat kereta dengan benderanya itu, wajahnya menyiratkan ketegangan. Sekejap kemudian, kereta itu telah melewati mereka dan terus melaju menuju selatan.
Tampak Mau Sip-pat menghela nafas lega. Meskipun mulutnya berkata demikian, tapi Sip-pat menyadari bahwa suaranya rada bergetar. Kalau hal itu sampai terjadi, bagaimana dengan aku? Dia tidak menggubris ucapan Siau Po. Mungkin telinganya sudah kebal, Dia hanya menggumam seorang diri, "Keluarga Sou pun berangkat ke selatan. Pasti di sana telah terjadi sesuatu yang hebat! Setelah dia meninggal dia dianugrahkan gelar kehormatan Raja Muda Kim Len ong, sedangkan keturunannya mendapat gelar kehormatan Kim Kok-kong.
Memang Bhok ongya itu gagah sekali dan menjadi panglima kesayangan Baginda Raja. Mereka semua terdiri dari para panglima yang perkasa. Kenapa kau tidak menjelaskannya dari semula? Tentu aku akan bersikap lebih sopan sedikit. Coba kau ceritakan orang-orang seperti apakah keempat keluarga Lau, Pek, Pui dan Sou itu?
Hanya beberapa yang sempat meloloskan diri. Di kemudian hari keturunan dari keempat keluarga itu dihadiahkan masing-masing sebuah panji kecil berwarna putih dengan alas biru oleh Tan Ho cu dari Tian-te hwe sebagai lambang. Siapa pun tokoh persilatan yang melihat panji kecil itu, wajib memberikan bantuan atau pun melindungi mereka.
Bukan takut, hanya sungkan, kalau aku sampai membuat kesalahan, tentu aku akan menjadi orang terhina di dunia ini! Ya, ya betul. Memang panglima," kata Siau Po dengan nada mengejek, "Panglima juga bukan sembarang panglima!
Tetapi tahukah kau siapa Raja Muda lainnya? Dia memang pernah mendengar orang menyebut nama Ci Tat maupun Siang Gi Cun, tetapi dia tidak tahu bahwa mereka juga termasuk Raja Muda. Apalagi bahwa mereka mendapat gelar Tiong San-ong dan Kay Peng-ong. Lain halnya dengan Siau Po yang sering mendengar legenda atau sejarah si tukang cerita, Dia menatap Mau Sip-pat dengan perasaan puas karena menganggap dirinya lebih banyak tahu.
Teng Ji sudah lama mengenal Sri Baginda, Dia selalu mengambil bagian dalam setiap peperangan Lie Bun Tiong adalah keponakan luar Sri Baginda, sedangkan Bhok Eng adalah anak angkatnya, karena itu dia diijinkan memakai she rangkap. Lalu apa artinya terompet tembaga dan panah api yang kau katakan tadi? Dia keponakan Goan Sun-te, yakni Kaisai terakhir dari kerajan Goan. Nama Raja Muda itu terlalu aneh sehingga dia tidak dapa mengingatnya. Karena itu dia sembarangan menciptakan sebuah nama, padahal nama Raja Muda itu PacaIawaerimi.
Untung saja Mau Sip-pat memang tidak tahu apa-apa. Angkatan perang itu bertemu dengan pasukan Goan yang dipimpin Jenderal Talima, panglima itu memiliki tubuh yang tingginya mencapai sepuluh tombak dan kepala sebesar kuali Siau Po mencibirkan bibirnya. Di tepi sungai Pek Sek di wilayah Tiok Ceng itu, dia berteriak bagai guntur, Kemudian terdengar suara jeburan air dan percikannya muncrat ke mana-mana.
Kau tahu apa sebabnya? Belasan prajurit Beng tak sanggup mendengar suara itu, Mereka terkejut setengah mati dan roboh terjungkal dari kudanya kemudian terjebur sungai. Bhok ongya sempat kebingungan. Gawat kalau suara itu diperdengarkan terus, bisa-bisa seluruh tentaranya roboh dan kalah dengan mengenaskan.
Dia segera mencari akal untuk mengatasinya. BegituIah, ketika Talima mau membuka mulut lagi, Bhok ongya segera memanahnya. Dia lihay sekali, dengan sebat dia menghindar Memang dia berhasil menyelamatkan diri, tapi di belakangnya terdengar suara jeritan saling susul menyusul.
Jenderal Talima terkejut setengah mati. Kiranya anak panah Bhok ongya telah menembus badannya puluhan perwira sehingga tewas seketika. Dia balas memanah, tapi Bhok ongya berhasil menangkap panah itu dengan kedua jari tangannya, Tepat pada saat itu, di angkasa terbang serombongan burung belibis yang mendatangi Rombongan burung itu terbang di atas kepala mereka, Bhok ongya mengatakan akan memanah mata sebelah kiri burung yang ke-tiga, Jenderal Talima tidak percaya.
Untuk memanah burung yang ketiga saja sukar, apalagi matanya yang sebelah kiri. Bhok ongya segera memanah, bukan ke arah burung tetapi ke arah Jenderal Talima. Mata kirinya tertembus panah, tubuhnya langsung terjungkal di atas tanah, Dengan demikian panah kedua dan ketiga hanya mengenai bawahan. Delapan belas perwira orang Tatcu berbulu tubuhnya.
Pasukan tentara Beng menamakan mereka Mau-ciang dan Mau-peng, yakni prajurit dan tentara berbulu. Akhirnya pihak Tatcu kehilangan delapan belas orangnya, Lantas ada sebutan yang mengatakan dengan tiga batang anak panah, Bhok ongya membunuh Mau Sip-pat! Siau Po memberikan penjelasan sampai beberapa kali, Akhirnya Mau Sip-pat tertawa terbahak-bahak. Biar bagaimana, itu merupakan sindiran baginya. Mau Sip-pat mendelikkan matanya sambil menggerutu. Ada juga Bhok ongya memanah ke seberang, yang kena Wi Siau Po.
Rupanya bala bantuan musuh telah tiba. Mereka langsung menyerang dengan anak panah. Waktu itu malam telah tiba. Bhok ongya kembali mencari akal, Empat panglima bawahannya diperintahkan membawa pasukan tentara ke hilir, Dengan diam-diam mereka menyeberang secara memutar sesampainya di sana, mereka diperintahkan untuk membunyikan terompet tembaga dengan riuh.
Di lain pihak, seribu prajurit telah disiapkan dan diperintahkan menyeberangi sungai dengan rakit serta sampan. Ukurannya terlalu kecil! Kau memang pandai menyindir orang dengan cerita yang diputar balikkan! Bersama sisa pasukannya, dia naik rakit dan sampan, tangan masing-masing menggenggam sebuah perisai, dengan demikian panah musuh tidak bisa mengenai mereka, sementara itu bangsa Tatcu sudah kekurangan anak panah karena tadinya terlalu dihamburhamburkan, Mereka kena dilabrak sehingga lari kocar-kacir.
Di antara musuh ada seseorang yang rebah di atas punggung kuda serta dilindungi para perwira. Diduga, dialah Jenderal Talima. Bhok ongya mengejar sambil menyerukan agar Talima menyerah, tetapi pihak musuh menyangkal bahwa orang itu adalah Jenderal Talima, Namun ia tetap dapat dikenali karena di mata kirinya masih menancap anak panah. Kemudian orang itu diringkus oleh si Lau berempat.
Dengan demikian bangsa Tatcu pun menderita kekalahan. Banyak prajuritnya yang mati, sebagian di darat, sebagian lagi di air. Yang di air menjadi santapan ikan-ikan Musuh menggantungkan pengumuman agar peperangan ditunda, permintaan itu diterima baik karena tidak ingin timbulnya banyak korban. Malam harinya, ketika Bhok ongya sedang membaca kitab Cun Ciu, tiba-tiba terdengar suara yang bising dan aneh dari dalam kota, Bukan suara harimau ataupun serigala, Bhok ongya terkejut setengah mati sehingga ber-teriak Rahasianya tidak boleh sembarangan dibeberkan.
Orang pun tidak boleh bertanya apa-apa. Kalau dia sampai marah, seandainya kau adalah bawahannya, maka delapan belas batok kepalamu akan diremukkan seketika. Dalamnya tiga tombak, penggalian itu harus sudah selesai dalam waktu satu malam. Kemudian kubu-kubu pertahanan dimundurkan sejauh satu li, jadi jaraknya dengan tembok kota kurang lebih enam li.
Untuk apa lubang sepanjang dan sedalam itu? Kalau siasat perang Bhok ongya dapat diterka olehmu, maka Bhok ongya bisa berubah menjadi Mau Sip-pat dan Mau Sip-pat berubah saja menjadi Bhok ongya. Lagi-lagi Siau Po menyindirnya. Siang harinya, di dalam kota terdengar suara riuh rendah, terutama suara tambur perang, Si mata-mata segera lari pulang menyampaikan berita, Tingkahnya panik sekali dan berkali-kali menyerukan celaka, Bhok ongya menjadi gusar dan membentaknya sambil menggebrak meja, Dia menanyakan apa yang telah terjadi, Mata-mata itu segera melaporkan bahwa musuh telah membuka gerbang sebelah utara dan dari sana muncul beberapa ratus kerbau siluman, Dikatakan siluman sebab hidungnya panjang, kawanan binatang itu sedang menyerbu datang.
Kiranya yang dimaksud adalah ratusan ekor gajah yang di bagian kepalanya dikaitkan golok yang tajam, Gajah-gajah itu menerjang datang seperti kalap, sebab di bagian ekornya diikat obor api yang menyala! Liang-ong membeli beberapa ratu ekor gajah itu dari Birma dan menjadikannya pasukan gajah api untuk menyerbu lawan. Obor itu terbuat dari kayu cemara, saking kagetnya gajah gajah itu kabur ketakutan.
Gajah binatang yang besar dan kuat, kulitnya tebal, anak panah hanya dapat melukainya karena sulit membunuhnya. Kalau tentara Beng sampai kena diserbu pasukan gajah itu, mereka pasti akan menderita kekalahan. Malah para tentara Beng yang asalnya dari Utara itu, boleh dibilang mereka tidak pernah melihat gajah, itulah sebabnya hati mereka pun tercekat. Bahkan sikapnya tenang sekali, Begitu pasukan gajah itu mendekat, Bhok ongya segera memerintahkan bawahannya untuk melepaskan semua tikus hasil tangkapan tadi malam.
Dalam sekejap mata ribuan bahkan laksaan ekor tikus sawah lari serabutan ke segala penjuru. Gajah tidak takut harimau, singa ataupun beruang, tetapi takut tikus.
Melihat binatang kecil yang suka seradak-seruduk itu, kawanan gajah tersebut jadi terkejut. Semua lantas membalikkan tubuhnya menerjang ke arah pasukan bangsa Tatcu sendiri. Kacaulah tentara musuh. Sebaliknya, setiap gajah yang sampai di lubang penggalian, semua tercebur roboh tanpa berdaya, Setelah itu Bhok ongya mengeluarkan perintah lagi, yakni melepaskan panah api. Dengan demikian di udara segera terlihat ribuan percikan api yang meleset ke arah musuh.
Siau Po tersenyum. Saat itu Lian-Ong dan permaisurinya sedang berpesta, mereka sedang menantikan berita kemenangan dalam peperangan tersebut Tidak disangkanya bahwa yang datang menyerbu justru tentara musuh.
Bukan main terkejutnya hati Lian-Ong dan permaisurinya, Dia berteriak sekeras-kerasnya "Kuluaputuliwa! Dia tidak perduli cerita Siau Po benar atau tidak, yang penting hatinya merasa senang dan perjalanan pun tidak begitu membosankan. Mau Sip-pat menggunakan kesempatan ini untuk menceritakan segala sesuatu yang berkaitan tentang dunia kangouw kepada Siau Po, terutama mengenai apa saja yang tidak pantas dilakukan.
Selama itu pula luka di kaki Mau Sip-pat berangsur-angsur sembuh, setibanya di Pe King, yakni kota raja, Mau Sip-pat kembali memperingatkan Siau Po agar berhati-hati. Ketika mereka sedang menikmati hidangan, mereka melihat masuknya dua tamu lain, Yang satu sudah tua, usianya sekitar enam puluh tahun lebih, sedangkan yang satunya, bocah berusia sebelas atau dua belas tahun.
Siau Po merasa heran, karena dia melihat pakaian mereka aneh sekali. Sip-pat yang sudah banyak pengalaman segera mengetahui bahwa kedua orang itu merupakan para thay-kam pelayan istana yang dikebiri.
Si thay-kam tua berwajah kekuning-kuningan, pucat dan tubuhnya bungkuk. Tak henti-hentinya dia mengeluarkan suara batuk. Tampaknya orang itu sedang menderita sakit Si thay-kam cilik memapahnya, Mereka duduk di meja sebelah timur. Pelayan bergegas datang dan melayani dengan hormat Tampaknya dia gentar menghadapi kedua thay-kam tersebut. Si thay-kam tua lalu mengeluarkan sebuah bungkusan dan membukanya, Isinya semacam bubuk.
Dia mengendus bubuk itu lalu dengan jari tangan diambilnya sedikit kemudian dimasukkan ke dalam arak. Perlahan-lahan dia meneguk araknya itu. Tak lama kemudian, mendadak thay-kam itu menggigil seperti orang kedinginan.
Pelayan rumah makan itu terkejut setengah mati dan menanyakan dengan panik. Ada apa? Giginya gemerutukan tubuhnya semakin bergetar. Bahkan sejenak kemudian, meja pun ikut bergetar, sampaisampai cawan arak dan supit berjatuhan ke lantai. Si cilik jadi kebingungan. Si thay-kam cilik berdiri mematung dengan tangan masih menggenggam bungkusan obat. Tepat pada saat itu terdengar suara langkah kaki yang ramai, muncullah tujuh orang Iaki-laki bertubuh kekar.
Mereka semua bertelanjang dada. Tubuh mereka berminyak, dari muka sampai ke kaki. Tubuh mereka juga berotot, sedang di bagian dada dipenuhi bulu hitam. Tangan mereka kasar dan besar-besar. Mereka segera duduk memenuhi dua buah meja dan berteriak meminta arak serta daging. Tuan ingin memesan sayur apa saja? Bahkan seorang rekannya yang lain langsung menyambar pinggang pelayan itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi, Pelayan itu meronta-ronta sambil berkaok-kaok.
Ke tujuh orang itu tertawa terbahak-bahak, kemudian tubuh pelayan itu dilempar keluar sehingga jatuh terbanting dan menjerit kesakitan orang-orang itu kembali menertawakannya. Kawanku ini mengatakan bahwa kalian bertujuh bukan tandingannya! Sip-pat tidak tahu bahwa hati Siau Po penasaran sekali melihat pelayan itu dibanting tanpa melakukan kesalahan apa-apa.
Dia merasa ketujuh orang itu perlu diajar adat. Mendengar teriakannya, ketujuh orang itu menolehkan kepalanya serentak. Sebetulnya Mau Sip-pat tidak berniat mencari keributan, tetapi hatinya panas melihat kegarangan orang-orang itu, Apalagi dia memang benci sekali kepada bangsa Boan ciu, teguran itu pun membuatnya gusar.
Dia langsung mengangkat tangannya menangkis sehingga orang itu menjerit kesakitan karena tulang lengannya patah. Seorang lainnya menjadi gusar. Dia langsung menerjang ke arah Sip-pat untuk melakukan serangan, tetapi dia langsung disambut dengan sebuah tendangan yang mengenai perutnya, tubuhnya langsung terpental dan rubuh bergulingan. Kelima orang lainnya langsung kalap, mereka mencaci maki dengan kalang kabut, serentak mereka maju menerjang. Sip-pat menyambut dengan gerakan Kim Na hoat, dengan mudah dia dapat merobohkan mereka.
Salah satu di antaranya langsung diangkat ke atas, diputar-putar dan baru kemudian dilemparkan ke depan, Kepalanya jatuh karena posisi jatuhnya memang di bagian kepala dulu.
Seorang lainnya maju menerjang tapi dia juga disambut dengan sebuah tendangan di dadanya, nafasnya jadi sesak kemudian memuntahkan darah segar. Ketika ada lagi yang maju, Sip-pat menghajar lengan orang itu sampai patah! Tanpa menunda waktu lagi, Sip-pat segera menarik tangan Siau Po. Dia pun mandah saja ditarik oleh Mau Sip-pat. Di luar dugaan, tepat di depan pintu rumah makan itu mereka sudah dihadang oleh si thay-kam tua.
Sip-pat mengulurkan tangannya dengan maksud mendorong agar orang memberi jalan untuknya, tetapi saat tangannya menyentuh tubuh orang itu, hatinya langsung tercekat. Tubuhnya tergetar kemudian terhuyung-huyung. Kakinya sampai menyurut mundur dua tindak, pinggangnya membentur meja sehingga terbalik. Bahkan Siau Po sampai ikut terpental dan jatuh ke dalam gentong air! Si thay-kam tua sendiri masih berdiri tegak di tempat semula, Hanya suara batuknya yang tidak berhenti-henti.
Saat itu juga, Mau Sip-pat menyadari bahwa dia berhadapan dengan seorang berkepandaian tinggi. Bahkan mungkin mengerti ilmu gaib. Kalau tidak, tak mungkin dia kena terhantam balik oleh tenaga pantulannya sedemikian rupa. Mau Sip-pat dapat merasakan gelagat yang kurang baik, cepat-cepat dia mengangkat tubuh Siau Po dari dalam gentong air terus membawanya lari lewat bagian belakang rumah makan itu.
Baru saja melangkah tiga tindak dia sudah terkejut setengah mati. Tahu-tahu thay kam tua itu sudah menghadang di hadapannya Suara batuknya masih belum berhenti, Mau Sip-pat penasaran sekali. Dia menabrak thay-kam tua itu, namun kembali tubuhnya terpental ke belakang sehingga dia harus berjungkir balik di udara untuk menjaga keseimbangan agar tidak terguling jatuh, sementara itu, tangannya masih tetap membopong Siau Po. Baru saja kaki Mau Sip-pat mendarat di atas tanah, dia merasa punggungnya seperti tersentuh sedikit, Di saat dia bermaksud menepis tangan itu, keadaan sudah kasip.
Tubuhnya langsung roboh, untung saja dia jatuh di atas tubuh kedua lawannya tadi sehingga tidak sampai menderita sakit. Kedua orang Boan ciu itu patah kakinya, tepi tangannya masih kuat sebagaimana halnya para pegulat. Mereka langsung mencekal Mau Sip-pat erat-erat Sip-pat mencoba mengadakan perlawanan tetapi tenaganya punah karena totokan si thay-kam tua. Tubuhnya ditekan ke bawah dalam posisi tengkurap sehingga dia tidak bisa melihat apa-apa, tetapi telinganya masih mendengar suara batuk si thay-kam tua yang tidak berhenti-henti.
Anak, kau benar-benar ceroboh! Mungkinkah salah seorang pemberontak atau pembangkang Kerajaan? Hanya kebetulan saja! Katakan bahwa mereka adalah orang-orangnya Hay kongkong!
Mereka segera membereskan mayatmayat teman mereka dan dibawanya sekalian bersama Mau Si pat dan Siau Po. Thay-kam tua itu kembali mendekam di atas meja sambil terbatuk-batuk, sementara itu, Siau Po dan Mau Stp-pat benar-benar tidak berdaya. Malah Siau Po kena batunya, ketika dia berusaha meloloskan diri, tahu-tahu betisnya terserang sebatang sumpit sehingga dia terguling jatuh, Dalam hati dia mencaci maki.
Setan tua itu pasti menggunakan ilmu siluman! Mungkin dia memang jelmaan siluman kura-kura yang hampir mampus! Tubuh mereka diikat erat-erat dan mulut mereka juga disumpal dengan kain. Bahkan Siau Po sudah dihajar beberapa kali karena tadinya mulut bocah itu tidak hentinya memakimaki. Joli itu ditutup dengan tirai hitam sehingga orang di dalamnya tidak dapat melihat apa-apa.
Beberapa kali joli dihentikan kemudian terdengar suara orang bertanya, namun akhirnya joli itu diberi jalan setelah salah seorang fuku menjawab. Tapi dia dapat menduga bahwa thay-kam tua itu mempunyai pengaruh yang kuat di dalam istana kerajaan Boan. Seumur hidupnya, baru dua kali Siau Po naik joIi, Yang pertama ketika dia ikut dengan ibunya bersembahyang di kelenteng, Saat itu dia hampi tertidur pulas, ia merasa joli dihentikan dan salah seorang fuku berkata.
Biarkan saja orang itu menunggu di sini! Lalu dia merasa jolinya diangkat dan digotong menuju suatu tempat kemudian berhenti lagi. Terdengar seseorang berkata: "Kami akan pulang sekarang. Akan kami laporkan urusan ini kepada The ongya, pasti ongya akan mengirimkan wakilnya untuk mengucapkan terima kasih kepada Hay kongkong! Memang kalian harus melaporkan urusan ini kepada The ongya dan tolong sampaikan salam kongkong kepadanya. Diam-diam dia berpikir dalam hati.
Celakanya kami justru sudah terjatuh ke dalam genggamannya. Hanya sekali-sekali terdengar suara batuk Hay kongkong. Siau Po kesal sekali, dia merasa urat tangan dan kakinya mulai kaku.
Dia juga tidak dapat bersuara karena mulutnya tersumpaj sedangkan Hay kongkong seperti sudah lupa kepada mereka berdua. Entah berapa lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara panggilan si thay-kam tua. Siau Kui cu segera melaksanakan perintah itu, tidak lama kemudian penutup mata Mau Sip-pat dan Siau Po telah dibuka, mereka melihat bahwa mereka berada dalam sebuah ruangan yang besar, tapi perabotannya sedikit sekali.
Yang ada hanya sebuah meja dan kursi, Di atas meja tersusun beberapa jilid buku, Hay kongkong duduk di atas kursi dengan posisi setengah menyandar, kedua pipinya cekung, matanya setengah dipejamkan. Sumpalan kain di mulut Sip-pat dilepaskan ketika Siau Kui cu akan melepaskan sumpalan pada mulut Siau Po, Hay kongkong segera mencegahnya.
Dia hanya dapat memperhatikan sembari memasang telinga mendengarkan. Siau Kui cu segera menuruti perintah, Diambilnya sebuah kursi dari ruangan sebelah kemudian dipersilahkannya Sip-pat untuk duduk, Siau Po tidak disediakan kursi.
Tanpa sungkan lagi dia duduk di atas tanah. Di dalam hatinya, Mau Sip-pat terkejut setengah mati, "Rupanya thay-kam tua ini sudah mengetahui siapa diriku! Dia mengagumi kepandaian si thay-kam tua yang tinggi, karena itu dia tidak mau berlaku kurang sopan.
Tapi kalau kau bermaksud mencari keterangan dari mulutku, sasaranmu salah! Untuk memaksa kau, tentu aku orang tua tidak berani, tapi menurut kabar yang kuterima, katanya kau ini orangnya Peng Si-ong Kata-katamu itu sungguh menghina!
Thay-kam tua itu terbatuk-batuk beberapa kali, kemudian tersenyum lagi. Mau Sip-pat dengan jahanam Go-sam Kui tidak ada hubungannya sedikit pun! Kalau kau memang mau membunuh aku, silahkan jangan membuat keluarga Mau sial karena tuduhanmu itu! Sebetulnya ia kurang setuju dengan sikap Mau Sip-pat, pikirnya dalam hati. Sesudah bebas kita dapat memikirkan akal untuk melarikan diri dari kota raja, sekarang saudara Mau malah berkeras. Bagaimana kalau dia sampai disiksa?
Bukankah dia hanya mencari penyakit? Sesudah bebas, kita bisa mencaci maki pengkhianat itu! Hanya mulutnya yang tetap tersumpal, Diam-diam dia mengangkat tangannya ke atas untuk melepaskan sampai mulutnya itu. Hay kongkong sedang berbicara dengan Sip-pat, dia tidak memperhatikan tingkah si bocah, bibirnya malah menyunggingkan senyuman mendengar suara Sip-pat yang semakin keras. Aku dengar dia adalah tokoh nomor satu dari bangsa Boan Ciu, katanya dia dapat membunuh seekor kerbau gila dengan kepalannya, Mendengar cerita itu, aku tidak puas, Aku sengaja mencarinya untuk mengadu kepandaian!
Di sudah dikalahkan oleh thay-kam tua ini, Kalau Hay kongkong saja dia tidak dapat menandingi apalagi Go Pay? Bukankah Go Pay dikenal sebagai orang kuat nomor satu bagi bangsa Boan ciu? Sementara itu, secara diam-diam dia juga telah membebaska dirinya dari totokan Hay kongkong. Dia berpikir dalam hati, apakah dirinya sanggup melawan thay-kam tua ini? Setelah berdiam diri sekian lama, terdengar Hay kongkong menarik nafas panjang kembali.
Kalau dibandingkan dengan kau orang tua, berapa tingkat kemenangannya? Di dalam rumah, tugasnya menjadi menteri, di luar dia dapat merangkap menjadi panglima besar. Kekayaannya jangan ditanyakan lagi, Pangkatnya juga hampir tiada tandingannya, Berbeda dengan aku, kedudukanku di istana sangat rendah, Apabila dibandingkan dengan Go siau-po, ibarat bintang di langit dengan pasir di tanah!
Tampaknya sikap orang tua ini sangat ramah, "Sekarang aku tanyakan dulu kepadamu menurut penglihatanmu bagaimana ilmu silatku kalau dibandingkan dengan Tan Eng Hoa? Aku mendengar Tan hiocu telah mempelajari ilmu tenaga dalam Liong-kian Kong Khi Naga menggulung hawa yang hebat sekali.
Sayangnya, aku yang rendah tidak mempunyai kesempatan untuk bertemu dengannya. Semakin lama, thay-kam tua ini semakin membingungkan Dia bukan hanya mengetahui siapa dirinya, tapi juga banyak tahu tentang Tan Eng Hoa, ketua Tian-te Hwe. Mulutnya melongo, sampai sekian lama dia tidak sanggup mengatakan apa-apa. Kembali Hay kongkong menarik nafas panjang, Tampaknya dia memang paling ahli dalam menarik nafas dan batuk-batuk. Tidak sulit bagimu mendapatkan kedudukan Te-tok atau ciangkun.
Tapi kau justru mengikuti Tan hiocu mengadakan perlawanan Karena itu, dengan hati tulus aku menasehatimu, Lebih baik kau pertimbangkan kembali dan rubah pendirianmu sebelum semuanya terlambat, undurkan diri dari Tian-te Hwe Aku tidak tahu apa-apa tentang partai itu Aku memang anggota Tian-te Hwe!
Kami telah bersatu hati serta jiwa untuk membangun kembali kerajaan Beng. Mana mungkin aku mengabdi kepada bangsa Boan? Bukankah aku akan menjadi seorang Han-kan? Nah, sekarang semuanya sudah jelas bagimu, Terserah apa yang akan kau lakukan kepadaku! Dia malah berkata dengan nada sabar. Dengan demikian aku bisa menguji sampai di mana ketinggian ilmunya, Lian-kian Kong Khi.
Aku harap dia datang secepatnya ke kota raja. Umurku tidak seberapa lama lagi, itulah sebabnya, bila Tan hiocu tidak lekas datang, aku tentu tidak mempunyai kesempatan untuk bertemu dengannya lagi. Sungguh harus disesalkan bila aku mati tanpa sempat bertemu dengan orang yang demikian gagah! Bukan saja dia akan membebaskan mereka, dia juga berani menentang Tan hiocu. Hampir saja dia tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
Dia berdiri dari tempat duduknya, tetapi tetap berdiri di tempat. Dia merasa ragu untuk melangkah. Mengapa masih belum pergi? Bibirnya bergerak-gerak, seakan ada sesuatu yang ingin dikatakannya, tetapi tidak ada sedikit pun suara yang tercetus dari mulutnya. Hay kongkong menarik nafas panjang.
Masa kau tidak tahu peraturan sedikit pun? Apakah kau akan meninggalkan tempat ini begitu saja tanpa meninggalkan apa-apa sebagai tanda mata? Saudara cilik, pinjam pisaumu sebentar.
Aku akan mengutungkan tangan kiriku sebagai tanda mata! Ucapan Mau Sip-pat ditujukan kepada si thay-kam cilik yang menggenggam sebilah pisau belati sepanjang delapan dim yang tadi digunakan untuk memutuskan tali pengikat mereka berdua.
Wajah Mau Sip-pat langsung merah padam saking gusarnya. Dengan gerakan cepat tangan kanan dan tangan kirinya bergerak serentak, Tangan kiri diangkat ke atas, tangan kanan bergerak ke samping, itulah jurus Ti-gu Bong Goat" Badak menengadah menghadap rembulan. Dalam hatinya dia berpikir "Bagaimana mungkin kau menginginkan kedua belah tangan dan kedua biji mataku?
Tanpa lengan dan mata, apa gunanya aku menjadi manusia? Lebih baik aku mengadu jiwar biarlah aku mati di tanganmu! Melihat penderitaan taykam tua itu, Mau Sip-pat berpikir dalam hati. Tepat pada saat tubuh Sip-pat bergerak, Hay kongkong menurunkan tangan dan kedua jarinya seperti memotes ujung meja, potongan meja itu disambitkannya ke depan.
Sip-pat baru sampai di ambang pintu ketik potongan kayu itu menghajar betis kanannya, tepat di jalan daerah Hok-tut hiat. Tenaganya punah seketika, kemudian ia terjatuh dalam posisi bertekuk Iutut. Satu serangan lain mengenai betis kirinya sehingga Siau Po pun ikut terguling jatuh.
0コメント